Polisi berhasil membekuk bandar narkoba jaringan internasional Malaysia-Aceh-Jakarta.
Dari operasi itu, Jajaran Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri juga menemukan senjata merk AK-47.
Senjata semi otomatis yang biasa digunakan oleh para pemberontak itu diduga digunakan untuk melawan petugas.
Menurut Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim, Brigjen Eko Daniyanto, senjata itu kemungkinan hasil lungsuran konflik yang sempat mendera Aceh.
“Senjata analisa kami dari konflik Aceh, GAM, karena yang bersangkutan tinggal di Aceh,” kata Eko, Senin (27/3).
Jenderal bintang satu ini menambahkan, senjata yang disita merupakan original dan dari tersangka Fidel Husni.
“Saya pastikan ini ori dan organik. Bukan rakitan,” kata dia.
Selain AK-47, polisi ikut menyita senjata laras pendek dan 250 butir peluru dari penggrebekan kepada Fidel Husni.
Sayang Fidel melakukan perlawanan dengan senjata api yang dimiliki.
Buntutnya polisi melakukan tindakan tegas dengan menembak tewas Fidel Husni.
Sebelumnya, Bareskrim membongkar bandar narkoba jaringan Malaysia-Aceh-Jakarta.
Narkoba ini biasanya dikirim melalui jalur laut. Adapun tiga tersangka ditangkap, yakni Agus Salim, Nanang Taufik, Munizar.
Sedangkan dua tersangka lainnya tewas, yakni Fidel Husni karen mencoba melawan dan Azhari karena berusaha melarikan diri.
Dari pelaku, polisi menyita 6,5 kilogram sabu-sabu, 190 ribu ekstasi, dan 50 ribu pil happy five.
Selain itu, ikut disita sepucuk senjata laras panjang merk AK-47, sepucuk senjata laras pendek, dan 250 butir peluru.