Media pemerintah Korea Utara memberkan bahwa pada pertengahan Agustus ini Pyongyang akan meluncurkan empat rudal jarak menengah ke wilayah Guam, pangkalan teritorial tentara Amerika Serikat (AS) di bagian barat Samudera Pasifik.
Keempat rudal jarak menengah tersebut adalah Roket Hwasong-12, yang akan diluncurkan Korut ke wilayah Guam dengan melewati langit Jepang.
“Roket Hwasong-12 yang akan diluncurkan oleh KPA (Tentara Rakyat Korea) akan melintasi langit di atas Shimane, Hiroshima, dan Prefektur Koichi di Jepang,” tulis laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengutip Jenderal Kim Rak-gyom, Pemimpin Angkatan Bersenjata Rakyat Korea.
“Rudal-rudal akan terbang 3.356,7 km (2.085,8 mil) untuk 1.065 detik dan mencapai perairan 30 sampai 40 km dari Guam,” lanjut pernyataan tersebut dikutip dari Sputnik News.
Perkembangan ini lanjutan dari perang kata-kata yang semakin memanas antara Pyongyang dan Washington.
Pada Selasa lalu, Presiden AS, Donald Trump, mengancam akan melepaskan “api dan kemarahan” terhadap Korea Utara setelah mengatakan bahwa pihaknya mempertimbangkan Guam sebagai sasaran.
Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) menyebut pernyataan Trump sebagai “omong kosong”.
Pyongyang juga mengatakan bahwa “gerakan panik Amerika” di Semenanjung Korea akan dikendalikan oleh tindakan yang akan diambil oleh militer Utara. Pernyataan tersebut menggambarkan rencana Korea Utara untuk Guam termasuk mengatakan bahwa pihaknya akan terus-menerus mengamati pidato dan perilaku AS.
Sebelumnya, pada hari Rabu, Sekretaris Negara AS, James Mattis, memperingatkan Korea Utara dalam sebuah pernyataan bahwa mereka harus menghentikan setiap pertimbangan tindakan yang akan menyebabkan berakhirnya rezim dan penghancuran rakyatnya.
“Sementara Departemen Luar Negeri kita berupaya keras untuk menyelesaikan ancaman global ini melalui cara diplomatik, harus dicatat bahwa gabungan sekutu militer sekarang memiliki kemampuan pertahanan dan serangan paling tepat, terlatih dan kuat di bumi,” ujar James Mattis.
Perseteruan antara AS dan DPRK telah meningkat sepanjang tahun, karena Korut terus melakukan uji coba rudal balistik dan aktivitas senjata nuklir meski mendapat sanksi dan teguran internasional. Provokasi terbaru terjadi pada bulan Juli, ketika negara tersebut menguji dua rudal balistik antar benua (ICBMs). (fjr)