Biadab! Bayi 3 Bulan Dijadikan Budak Seks

Internasional94 Dilihat

DENVER – Operation Cross Country XI, operasi gabungan Federal Bureau of Investigation (FBI) dan National Center for Missing and Exploited Children (NCMEC) untuk menghentikan eksploitasi anak dalam bisnis esek-esek, berakhir Minggu (15/10).

Selama empat hari, petugas berhasil menyelamatkan 84 anak yang diperjualbelikan sebagai budak seks. Salah seorang di antaranya adalah bayi berusia tiga bulan.

”Fakta yang paling menyedihkan adalah bahwa masih banyak hal yang tetap sama. Artinya, kami masih harus melakukan razia seperti ini lagi di masa mendatang,” ungkap Staca Shehan, direktur eksekutif divisi analisis kasus pada NCMEC, sebagaimana dilansir Reuters Kamis (19/10).

Operasi yang melibatkan 55 kantor FBI dan sekitar 80 satuan unit dari lebih dari 500 lembaga terkait itu fokus pada komersialisasi anak-anak.

Bayi tiga bulan berjenis kelamin perempuan itu diamankan bersama kakaknya yang masih berusia lima tahun. Dua bocah yang masih jauh di bawah umur tersebut diselamatkan dari tangan para penjahat di Kota Denver, Denver County, Negara Bagian Colorado, Amerika Serikat (AS), setelah ditawarkan kepada seorang petugas yang menyamar.

”Layanan seks” dua bocah itu dihargai USD 600 (sekitar Rp 8 juta).

FBI menyatakan, penjual dua bocah tersebut adalah salah seorang teman keluarga mereka. Bradley Myles, CEO Polaris Project, menyebut fakta itu sebagai fenomena yang menyedihkan.

Sebab, biasanya, anak-anak tersebut justru dijual oleh keluarga atau orang-orang dekat mereka. Anak-anak dari keluarga yang tidak harmonis atau yang pernah mengalami kejahatan seksual biasanya menjadi prioritas.

Pekan lalu, media sosial menjadi salah satu pintu masuk bagi FBI dan NCMEC untuk mengungkap kasus eksploitasi anak-anak oleh jaringan perdagangan manusia di Amerika Serikat (AS).

Biasanya, anak-anak di bawah umur itu ditawarkan ke pria-pria hidung belang lewat media sosial. Pekan lalu, ada sekitar 120 orang yang diamankan dalam operasi gabungan tersebut. Mereka adalah laki-laki dan perempuan dewasa.

Shehan mengungkapkan, pada masa lalu, perekrutan anak-anak untuk diperjualbelikan sebagai budak seks itu terjadi secara face-to-face.

Para penjahat tersebut akan mengincar anak-anak di pusat perbelanjaan, halte bus atau di sekitar sekolah, dan area perumahan.

”Semua itu masih tetap terjadi. Tapi, kini, jaringan mereka juga melakukan perekrutan secara online,” ungkapnya.

Tidak hanya direkrut secara online, para korban yang rata-rata berusia 15 tahun tersebut juga dikendalikan dan bahkan ditawarkan secara online.

”Para penjahat itu tidak pernah jera. Seiring berjalannya waktu, hanya cara dan lokasi mereka yang berubah. Tapi, bisnis keji yang mereka operasikan masih tetap sama,” ucap Shehan. (fjr)

Komentar