Bandingkan Upah Buruh dengan Petani, Menteri Perindustrian Dikritik Fadli Zon

Ragam108 Dilihat

Jakarta. Liputan.co.id – Pernyataan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto yang dikutip oleh berbagai media yang mengatakan upah bekerja di pabrik lebih tinggi dari pada bekerja di sawah, dikritik oleh Ketua Umum DPN Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Fadli Zon.

Di sela-sela mengikuti The Conference of the State Parties to United Nations Convention Against Corruption, di Wina, Austria, Fadli, yang juga Wakil Ketua DPR RI itu menyatakan bahwa pernyataan semacam itu menyesatkan dan cenderung melecehkan profesi petani.

“Pernyataan semacam itu, yang membandingkan profesi hanya dari tingkat upah, bisa menyesatkan pemahaman publik dan cenderung melecehkan profesi petani. Kalau gaji astronot lebih tinggi dari gaji pekerja pabrik, misalnya, apakah kemudian semua orang harus jadi astronot?! Apa menjadi astronot lebih baik dari menjadi pekerja pabrik?! Atau, menjadi pekerja pabrik menjadi lebih buruk dari jadi astronot?! Tak seharusnya pejabat pemerintah melontarkan pernyataan tak terukur semacam itu,” kata Fadli, lewat rilisnya, Rabu (8/11/2017).

Ketimbang membandingkan upah buruh pabrik dengan upah petani di Klaten, yang tak sepadan, Fadli justru menyarankan Menteri Perindustrian fokus memperhatikan laju deindustrialisasi di Indonesia. “Kenapa kontribusi sektor industri terhadap PDB terus mengalami penurunan? Persoalan itu mestinya diberi perhatian utama,” saran Fadli.

Pada 2004 kata Wakil Ketua Umum Partai Gerindra itu, konstribusi industri manufaktur terhadap PDB Indonesia masih 28,34 persen. Namun, tahun 2014, kinerja industri manufaktur terus turun menjadi 21,01 persen. Di masa pemerintahan Joko Widodo, laju penurunannya tak berkurang. Pada Triwulan II tahun 2017, kontribusi industri manufaktur terhadap PDB bahkan tinggal 17,94 persen. Selain itu, pertumbuhan industri dalam negeri juga selalu berada di bawah angka pertumbuhan ekonomi.

Soal-soal semacam itu kata Fadli, mestinya lebih diperhatikan oleh Menteri Perindustrian, bahwa kinerja sektor industri ternyata tak bagus. “Untuk menunjukkan kinerja sektor industri sebaiknya menggunakan data dari sektor industri juga. Jangan kemudian hanya demi memoles kinerja sektor yang dipimpinnya lalu membandingkannya dengan sektor lain yang tak ada hubungannya. Publik yang membaca pernyataan itu bisa salah memahami persoalan, seolah lebih baik jadi buruh pabrik saja daripada menjadi petani,” imbuh Fadli.

Jika upah petani dianggap rendah, kata Fadli, justru merupakan tugas pemerintah untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan petani itu. Jangan malah merendahkan profesi petani.

Apalagi, mayoritas jumlah tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian ujar Fadli, sebanyak 39,68 juta orang, atau sekitar 31,86 persen. Sementara itu, mereka yang bekerja di sektor industri hanya separuhnya, yaitu sekitar 16,6 juta orang, atau sekitar 13,31 persen.”

“Saya yakin Pak Airlangga maksudnya mungkin tak ingin merendahkan profesi petani. Tapi dengan pernyataannya itu, beliau telah menyinggung masyarakat petani,” pungkasnya.