Hal Ini Penting untuk Menjaga Generasi Milenial dari Bahaya Dunia Siber

Ragam54 Dilihat

Jakarta, Liputan.co.id – Anggota Komisi IX DPR RI dokter Adang Sudrajat menilai penting pengendalian perilaku generasi muda dalam beraktivitas di media sosial. Sebab menurut Adang, kultur siber yang terjadi di tengah masyatakat ini cukup menyesakkan terutama soal keamanan, kenyamanan, dan keadilan di antara sesama penggunanya.

Hal tersebut dikatakan Adang saat melakukan kunjungan kerja ke konstituennya di daerah Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2017). Ikut mendampingi Adang petugas BKKBN, untuk mensosialisasikan Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) melalui Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

“Di jendela maya tersebut bebas diumbar semua hal hingga yang melanggar norma-norma agama sekalipun. Bahkan, seringkali tidak mengenal waktu sehingga memancing penggunanya bahkan mengganggu kehidupan lingkungannya mulai dari keluarga hingga pergaulan yang nyata di sekitarnya,” kata Adang, lewat rilisnya, Rabu (7/11/2017).

Adang menilai generasi milenial saat ini menjadikan teknologi sebagai gaya hidup yang sangat ekspresif dan eksploratif. Komunikasi lebih banyak dengan gawai dan cenderung lebih suka pada hal yang visual, instan, waktu yang riil, tidak begitu peduli pada privasi, bahkan bersedia berbagi rincian intim tentang diri mereka dengan orang yang tidak dikenalnya.

Agar pergaulan generasi milenial di dunia maya tetap terjaga dan tidak menimbulkan kerawanan terhadap dirinya maupun pihak lain di dunia nyata, maka Adang mengingatkan pentingnya peran keluarga

“Perrlu adanya penjagaan, dan penjagaan yang paling mendasar adalah dari ketahanan yang bermula dari keluarganya sehingga dapat menjaga kultur siber yang sehat,” ujar dia.

Ketahanan keluarga yang dimaksud lanjutnya adalah terkait peran penguatan aspek spiritual, kesejahteraan, keamanan, atau kenyamanan, dan keadilan dimulai dari keluarga oleh orang tua terhadap anak anaknya.

“Dengan pemahaman dan penguatan aspek-aspek ketahanan keluarga tersebut maka masyarakat generasi milenial akan semakin bijak dalam menjalankan kehidupannya baik di dunia maya maupun di dunia nyata dan keduanya dijadikan sarana untuk berbuat kebaikan,” imbuhnya.

Di sisi lain, dengan adanya ketahanan keluarga ini, tertutup terjadi pribadi yang mempunyai kepribadian ganda, yaitu riang gembira di dunia maya dengan visualisasi yang penuh dinamika namun ternyata menjadi pribadi yang “introvert” penuh kemurungan di dunia nyata.

“Pribadi ganda ini dapat membingungkan lingkungannya. Seharusnya, yang bersangkutan dapat menahan diri untuk selalu bersikap positif dalam berinteraksi dengan siapa pun,” tegasnya.

Ketahanan keluarga, ujar Adang, perlu didukung dengan kehidupan keluarga yang terencana agar empat aspeknya dapat dijadikan target bersama pencapaiannya. Salah satu program utama adalah bagaimana menumbuhkan kultur siber sehat yang terjaga dalam keluarga.

“Saya berharap, dengan ketahanan keluarga yang kokoh maka karakteristik lain dari generasi milenial seperti generasi yang umumnya ternaungi karena lahir dari keluarga yang terdidik, multi-talenta, selalu yakin, optimis dan percaya diri, keinginan mencapai prestasi, cenderung kolaboratif dan interatif dalam kerja sama tim selain lebih permisif terhadap keberagaman, dibarengi dengan kemampuan mandiri dalam penguasaan teknologi komunikasi dapat dioptimalkan untuk kebaikan dirinya dan lingkungan untuk tujuan kebaikan dunia maupun akherat,” pungkas Adang.

Komentar