Bukan cuma warga dan otoritas Palestina, sejumlah besar pemimpin dunia mengecam keinginan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Kecaman datang dari Perdana Menteri (PM) Inggris, Theresa May, pemerintah Tiongkok, Kremlin (Rusia), sampai Paus Fransiskus.
Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam juga tak tinggal diam. Mereka berusaha mencegah deklarasi Trump, sebab harga yang harus dibayar dunia untuk pelunasan janji kampanye mantan host The Apprentice itu terlalu mahal.
”Dia mendeklarasikan perang terhadap 1,5 miliar muslim dan ratusan juta umat Kristen yang tidak akan pernah rela situs-situs religius itu berada di bawah hegemoni Israel,” ungkap Manuel Hassassian, kepala perwakilan Palestina untuk Inggris.
Mantan PM Palestina, Ismail Haniyeh, menggagas unjuk rasa selepas salat Jumat untuk mereaksi kebijakan Trump tersebut. Bagi Palestina, deklarasi Trump adalah kiss of death bagi proses damai Israel-Palestina.
Dengan mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, otomatis AS berpihak pada negara yang dipimpin PM Benjamin Netanyahu itu. Maka, posisi AS sebagai jembatan dalam perundingan damai gugur.
Sebab, AS berat sebelah. Oleh karena itu, Paus pun menyarankan AS membiarkan status quo Yerusalem. Tujuannya, proses damai bisa berlanjut dan menghasilkan kesepakatan permanen.
Tidak hanya memantik kecaman dari berbagai penjuru dunia, pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel juga membuat pemerintahan Trump terbelah.
Seorang sumber di Gedung Putih menyatakan kepada Reuters bahwa Menteri Luar Negeri, Rex Tillerson, dan Menteri Pertahanan, Jim Mattis, tidak mendukung kebijakan tersebut. (hep/c6/ttg)
Komentar