Di Tuban, Petani Tolak Impor Jagung

Nasional108 Dilihat

Petani jagung di berbagai daerah khususnya Kabupaten Tuban, Jawa Timur sebagai salah satu daerah sentra produksi tengah sumringah melangsungkan panen jagung dalam hamparan yang sangat luas. Luas panen jagung Kabupaten Tuban di bulan Februari mencapai 50 ribu ha.

Terbukti, salah seorang petani jagung Kecamatan Grabakan, Tuban, Wantono (46) mengungkapkan petani di Kabupaten Tuban saat ini petani sedang melakukan panen raya jagung. Untuk itu, ia mewanti-wanti baik pemerintah daerah maupun pusat agar tidak mengadakan alias menolak impor jagung.

“Jika ada impor, petani kecil atau gurem sangat merasakan dampak negatifnya. Ya bagi pihak-pihak yang inginkan impor jagung, silahkan berhubungan dengan pemerintah daerah, khususnya Tuban untuk menanyakan stok jagung,” demikian diungkapkan Wantono di tengah acara panen raya jagung yang dihadiri Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Bupati Tuban, Fathul Huda, Asisten Deputi Sekretariat Kabinet, Ida Dwi Nilasari, Asisten Deputi Kemenko Perekonomian, Ilyas Payong dan dihadiri juga 10 ribu petani Tuban dan sekitarnya.

Wantono menjelaskan jika pada musim panen saat ini, seperti di Kabupaten Tuban, produksi jagung sangat melimpah sehingga sangat mencukupi kebutuhan dalam negeri. Karena itu, daripda impor, selain merugikan petani, juga biaya impor lebih mahal jika dibandingkan dengan menyerap jagung dalam negeri khususnya di Tuban.

“Daripada impor, biaya angkutnya mahal dan dipastikan menyengsarakan petani. Impor masuk, harga jagung hancur, petani rugi,” jelasnya.

Lebih lanjut, pria yang juga sebagai penyuluh pertanian ini menyebutkan prestasi jagung Tuban saat juga tidak lepas dari perhatian besar pemerintah lewat bantuan bibit, pupuk hingga alat mesin pertanian (Alsintan).

“Setiap tahun bantuan pemerintah ada, seperti bibit jagung dan tanaman hortikultura lainnya. Di sini juga sudah merata melakukan alsintan,” sebutnya.

Hal senada diungkapkan Galih, Penyuluh Pertanian Kecamatan Sumanding, Tuban bahwa menolak impor jagung. Pasalnya, dari yang diproduksi petani dalam negeri lebih dari cukup memenuhi kebutuhan sehingha ada pihak yang membutuhkan jagung cukup datang ke Tuban.

“Impor jagung tidak perlu. Lahan jagung yang sedang dipanen saat ini di Tuban sangat luas dengan jagung yang beragam varietas karena petani sudah menguasai teknik budidaya,” tegasnya.

“Harga jagung sangat bagus, Rp 4.500 di tingkat petani. Jika impor masuk dipastikan harga anjlok, petani merugikan. Jadi jangan impor jagung,” pinta Galih.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman meminta pengusaha besar memanfaatkan momentum panen jagung yang sedang berlangsung di sentra produksi, seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera dan Sulawasi.

“Saya dapat laporan, Sumatera, Sulawesi, Jawa Timur, dan Jawa Tengah juga sedang panen. Yang kami khawatirkan kalau panen serentak seperti ini harga jadi anjlok sehingga harga di bawah harga pokok penjualan (HPP),” kata Amran.

Karena itulah, untuk menjaga harga agar tidak anjlok dan stok jagung tetap tersedia, Amran mengimbau pengusaha-pengusah besar agar menyerap jagung petani sebesar-besarnya dengan harga terbaik untuk persediaan pada Oktober hingga Desember.

“Kami minta pengusaha besar beli sekarang jagung petani dan disimpan. Jangan Oktober dan Desember nanti baru berteriak kekurangan jagung,” tegas Amran.

“Tapi hingga Oktober, Insyaallah aman. Biasanya Desember Januari harga jatuh karena bulan-bulan itu ada paceklik, tapi kita sudah antisipasi,” sambungnya.

Perlu diketahui, untuk meningkatkan produksi dan stok jagung di Kabupaten Tuban, dalam acara ini Menteri Amran memberikan bantuan untuk petani dan peternak. Yakni berupa alat pengering jagung (vertical dryer – red) kapasitas 10 ton/8 jam sebanyak 20 unit, traktor roda 4 sebanyak 10 unit, traktor roda 2 sebanyak 19 unit, cultivator 5 unit, pompa air 31 unit, alat panen besar (combine harveater – red) 5 unit dan benih jagung hibrida untuk lahan 20 ribu ha.

The post Di Tuban, Petani Tolak Impor Jagung appeared first on LIPUTAN.CO.ID.