Jakarta – Jaringan Pengaman Suara Pasangan Calon Presiden Prabowo-Sandi di Jawa Barat mengaku sistem yang dia gunakan untuk menampung dan mengolah Formulir C1 dari TPS se Provinsi Jawa Barat pada Rabu 17 April 2019 sama sekali tidak berfungsi.
Indikasinya menurut Koordinator Jaringan Pengaman Suara Paslon Prabowo Sandi, Radar Tri Baskoro, ribuan foto Formulir C1 yang berasal dari 132 ribu lebih TPS gagal diterima oleh admin.
“Ribuan foto Formulir C1 yang dikirim dari TPS-TPS oleh relawan muter-muter saja tanpa penyelesaian. Setelah sistem diperiksa ternyata diserang dengan sistem call bombar atack,” kata Radar, di dalam diskusi Forum Tebet, dipimpin oleh wartawan senior Arief Gunawan, di Jakarta Selatan, Kamis (19/4/2019).
Selain itu lanjutnya, juga ada serangan gambar yang masuk ke WhatsApp Group (WAG) Jaringan Pengaman Suara Pasangan Calon Presiden Prabowo-Sandi di Jawa Barat bias sampai ke pihak lain yang bukan anggota WAG. “Itu terjadi dari pukul 13.00 hingga pukul 15.00 WIB. Setelah digunakan nomor HP lain, baru masalah teratasi,” ungkapnya.
Tidak itu saja ujar dia, terjadi pula peretasan terhadap nomor HP dan WA yang dimiliki oleh sejumlah pimpinan dan anggota jaringan di lingkungan koalisi Prabowo-Sandi.
“Menurut kami, ini apa? Pemilu atau teror? Akhirnya semua data diolah secara offline dan kami akan ajukan somasi ke pengelola WhatsApp,” pungkas Radar.
Di acara yang sama, Koordinator Aliansi Profesional Indonesia Bangkit, Memet Hamdan menyatakan semuan anggota aliansi jatuh mentalnya usai menyaksikan hitung cepat (quick count) yang digelar oleh sejumlah televisi.
“Jatuh mental kami melihat quick count. Tapi setelah Prabowo bicara, kami bangkit lagi. Namun Kami betul-betul tidak percaya quick count karena memanipulasi suara rakyat di Jawa Barat,” tegasnya.
Bahkan, dia menuding pernyataan Ridwan Kamil sebagai hoaks karena tidak terbukti pasangan calon presiden nomor urut 01 bisa menang di Jawa Barat.
Senada, Syafril Sofyan yang juga relawan Prabowo-Sandi menegaskan masyarakat Jawa Barat kini sangat tidak percaya dengan quick count yang ditampilkan oleh semua televisi.
Karena itu, Syafril mendesak DPR bereaksi terhadap penayangan quick count yang telah meresahakan masyarakat. “DPR ke mana, teriak dong, karena quick count ini membuat masyarakat terbelah,” tegasnya, sembari menambahkan semua elemen pendukung Prabowo-Sandi sudah siapkan relawan untuk terus mengawal kotak suara. Pengawal itu juga berlangsung 24 jam,” imbuhnya.
The post Pendukung Prabowo-Sandi Mengaku Diserang Call Bombar Atack appeared first on LIPUTAN.CO.ID.
Komentar