Jakarta – Pengamat hukum tata negara Margarito Kamis mengatakan pemilihan umun (Pemilu) 2019 menjadi menarik karena terkesan sangat tidak jujur dan sangat tidak adil. Padahal menurut Margarito, frase jujur dan adil yang disingkat dengan “jurdil” itu ada di dalam UUD 1945.
“Pemilu jadi menarik karena dalam UUD 45 itu ditulis harus jujur dan adil. Jurdil itu tidak terjadi sekarang,” kata Margarito dalam diskusi dipandu oleh wartawan senior Arief Gunawan dalam Forum Tebet, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).
Fakta dari Pemilu tidak jujur dan tidak adil kata Margarito, dapat dilihat dari dipakainya Formulir C1 tanpa hologram karena yang dipakai Formulir C1 fotokopian.
Menjawab pertanyaan kondisi terburuk yang akan terjadi dari semua proses Pemilu yang sedang dan sudah berlangsung?, Margarito menegaskan bahwa pemerintahan ini akan terus berkuasa.
“Ini pemerintah akan terus berkuasa. Kalau akan terjadi gonjang-ganjing maka pemerintahan bisa mengeluarkan dekrit dengan alasan Negara dalam keadaan darurat. Kenapa darurat?, penguasa yang tahu alasannya,” ujar dia.
Kalau dekrit keluar lanjutnya, maka eksekusinya nanti tergantung dengan tentara. “Kalau tentara diam, maka dekrit tidak jalan juga,” tegas Margarito.
Untuk mencegah agar dekrit tidak keluar, dia mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjelaskannya kepada publik.
Terkait dengan berbagai temuan dan kejanggalan yang ada sekarang, Margarito juga mengkritisi peran Badan Pengawas Pemilihan Umum. “Bawaslu, ngapain? Atau memang ada skenario yang membiarkan kondisi seperti ini dengan asumsi nanti mereka juga capek sendiri,” ungkap Margarito.
Kalau ada yang melanggar hukum ujarnya, dipukul dengan hukum, sebab semua kecurangan tidak akan bisa diselesaikan karena mengharuskan menghitung kembali pisik dokumen yang ada di kontainer-kontainer itu.
“Hanya Tuhan saja yang bisa mengubah keadaan. Kalau rakyat melawan sudah tidak mungkin karena dipukul dengan hukum,” pungkasnya.
The post Pengamat: Hanya Tuhan Saja yang Bisa Ubah Keadaan appeared first on LIPUTAN.CO.ID.
