BOGOR – Berbicara mengenai sutera, yang terbayang di pikiran masyarakat awam adalah pakaian berbahan dasar sutera yang mahal harganya. Ternyata, produk sutera alam yang dihasilkan oleh ulat dengan bahan makanan daun murbei sebagai sumber pakan utama tidak terbatas hanya kain sutera saja. Hal tersebut disampaikan oleh Prof. Dr. Drh. Clara Meliyanti Koesharto, guru besar gizi IPB saat acara Alih Teknologi Diversifikasi Produk Persuteraan Alam, di Puslitbang Hutan Bogor (28/10/2019).
Selain kain sutera, diversifikasi produk persuteraan alam yang mampu dihasilkan adalah mulai dari bahan pangan, teh murbei untuk kesehatan hingga kerajinan dengan memanfaatkan limbah dari industri sutera. Menurut Clara, proses pemintalan kokon menjadi benang sutera menghasilkan produk samping berupa pupa ulat sutera (silkworm) yang langsung dibuang sebagai limbah, padahal ternyata pupa ulat sutera memiliki potensi sebagai bahan pangan yang kaya akan protein dan asam lemak esensial yang sangat baik untuk kesehatan.
Sementara itu, Dr. Trina Astuti, MPS peneliti dan dosen dari Poltekkes Jakarta II menyatakan bahwa selama ini kegiatan persuteraan alam nasional mampu memproduksi 250 ton kokon dan menjadi 31.25 ton (12.5%) benang sutera (Kaomini, 2006a), sedangkan sisanya (87.5%) termasuk pupa merupakan limbah. Limbah pupa dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dengan mengolahnya menjadi tepung pupa atau disebut dengan pury atau pupae mulberry.
Pupy merupakan tepung padat energi dan gizi yang berasal dari daging pupa, mudah disimpan dan dapat digunakan untuk berbagai makanan olahan. Kandungan protein tepung pury sangat baik untuk makanan pendamping ASI (MPASI) dibandingkan dengan produk MPASI komersial. Kandungan asam amino yang terdapat pada tepung pury diantaranya lysine, methionine, threonine, dan tryptophan,” kata Trina.
Trina menuturkan, tepung pury telah mendapatkan penghargaan Menristek RI yaitu masuk dalam “102 INOVASI PALING PROSPESKTIF – 2010” dan saat ini sedang dalam proses paten. Berdasarkan hal tersebut, kedepan tepung pury memiliki prospek yang sangat besar untuk dikembangkan dan dapat dibuat secara masal dan berkesinambungan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar produk industry pangan.
Selain pupa yang dimanfaatkan, daun murbei sebagai pakan dalam persuteraan alam juga dapat dimanfaatkan sebagai teh untuk kesehatan. Teh Murbey sebagai minuman kesehatan yang dibuat dari daun murbey murni mengandung nutrient dan zat anti oksidan yang sangat baik untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh, menghambat sirkulasi glukosa dalam darah, dan menghambat oksidasi LDL- kolesterol, sehingga dapat mengurangi tumpukan lemak dalam darah, tutur Ir. Ridho seorang praktisi teh murbei.
Lebih lanjut dikatakan bahwa daun murbey mengandung antara lain Rutin, Clycine, moracine, Alanin, Lysine, Asparagin, Aeronin, Triterpen, Flavonoid, dan Polifenol yang mempunyai banyak khasiat. Semua varietas murbei dapat digunakan untuk bahan baku teh. namun varietas yang terbaik adalah Morus alba varietas kanva 2 dan Morus cathayana. Proses pembuatan teh murbei sebenarnya sama dengan pembuatan teh biasa. Proses pembuatannya dimulai dari pemetikan daun (idealnya adalah pucuk dan daun muda sampai helai ke-5), pelayuan, penggulungan, pengeringan, sortasi dan pengepakan. Rendemen sekitar 20-22%, 1 kg teh murbei membutuhkan 5 kg daun kering. Industri pembuatan teh murbei ini masih menjanjikan, dari modal pembelian bahan baku hingga proses pengepakan dapat diperoleh keuntungan sekitar 50%.
Selain itu limbah kokon dari pemintalan sutera juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan. Kokon yang digunakan adalah kokon cacat yang tidak digunakan dalam proses produksi benang sutera, kata Ending Suhandi, praktisi yang memanfaatkan limbah kokon ulat sutera untuk kerajinan. Kerajinan yang biasa dibuat antara lain bros, gantungan kunci, hiasan, dan lain-lain. Kegiatan ini dapat diajarkan kepada ibu-ibu untuk menambah pemasukan keluarga. Alih Teknologi Diversifikasi Produk Persuteraan Alam diikuti sekitar 30 orang yang terdiri dari peneliti, teknisi, dan petani sutera.
Kegiatan alih teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) P3H dan petani sutera mengenai persuteraan alam dan diversifikasi produknya, membuka peluang pengembangan diversifikasi produk persuteraan alam serta menjalin jejaring dengan pihak praktisi dan akademisi utamanya yang berkecimpung dalam bidang persuteraan alam. Namun kembali lagi, tetap diperlukan kesinambungan produk bahan baku agar kelanggengan usaha tetap terjaga, dipertegas Silvy Agriatriny, S.Hut; Kabid PDTLP dalam penutupan alih teknologi.(klhk)
The post Alih Teknologi Diversifikasi Produk Persuteraan Alam appeared first on LIPUTAN.CO.ID.
Komentar