Abu Dhabi – Menag Fachrul Razi bertemu Kepala Badan Urusan Agama Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab (UEA), Mohammed Matar Salem bin Abid Alkaabi di Abu Dhabi, Minggu (15/12). Keduanya berdiskusi tentang penguatan moderasi beragama dan optimalisasi peran masjid.
Kepada Menag, Mohammed Matar Salem berbagi informasi seputar kebijakan pemilihan khatib Jumat dan penceramah di negaranya. Menurutnya, ada tiga tipologi khatib dan penceramah.
Pertama, khatib dan penceramah yang diberikan kebebasan untuk berkhutbah atau berceramah tanpa teks. Kedua, khatib dan penceramah yang diberikan kisi-kisi untuk selanjutnya dikembangkan oleh yang bersangkutan saat berceramah.
Ketiga, khotib dan penceramah yang hanya boleh membacakan naskah/teks yang disiapkan dan telah ditashih oleh General Authority of Islamic Affairs and Awqaf (Kementerian Urusan Agama Islam dan Waqaf).
Tiga tipologi khatib dan penceramah ini disampaikan saat Mohammed Matar Salem berdiskusi dengan Menag tentang rencana kerjasama dua negara untuk mainstreaming Islam wasatiyah. “Kami tadi berdiskusi banyak. Ke depan, kami ingin bersinergi agar fungsi masjid bisa dioptimalkan, tidak hanya sebagai tempat sholat saja, tapi menjadi pusat moderasi keislaman,” ujar Menag usai bertemu Mohammed Matar.
“Indonesia dan UEA sudah menjalin sinergi pengiriman imam masjid. Ini akan kami tingkatkan,” lanjutnya.
Menag mengapresiasi Duta Besar RI untuk Uni Emirat Arab Husin Bagis yang telah memperkokoh jalinan sinergi Indonesia dan UEA, serta ikut membantu pengarusutamaan moderasi Islam di kancah dunia.
Menag mengaku melihat perkembangan signifikan di UEA dalam konteks keberagamaan. Corak kehidupan keagamaan di UEA sudah lebih progresif. Hal sama dirasakan Menag saat berkunjung ke Arab Saudi awal Desember lalu. Menurut Menag, Saudi terus membangun, di mana identitas nasional saat ini diletakkan dalam kotak yang sama dengan identitas agama (Islam).
“Ini hal baru dan positif. Saudi sudah mulai bicara tentang nasionalisme dan agama, tentang relasi positif agama dan negara,” lanjutnya.
Menag di Abu Dhabi sampai 17 Desember mendatang. Sejumlah kesepakatan rencana kerjasama telah dibahas, termasuk tentang pertukaran keahlian dan pengalaman untuk mempromosikan konsep Moderasi Islam dan nilai-nilai toleransi beragama, serta mempromosikan kesadaran bersama tentang bahaya ideologi ekstremisme.
“Kami serius menjalin sinergi dengan UEA. Rancangan Memorandum of Understanding sedang dalam tahap finalisasi. Semoga paling lambat awal Januari 2020 sudah bisa diteken kedua belah pihak antara Pemerintah RI dan Pemerintah UEA,” tegas Menag. (kemenag)
The post Beda Negara Beda Kebijakan, Ini Tipologi Khatib di UEA appeared first on LIPUTAN.CO.ID.
Komentar