Abu Dhabi – Menteri Agama Fachrul Razi bertemu diaspora Warga Negara Indonesia (WNI) di Abu Dhabi, Senin (16/12). Dalam kesempatan itu, Menag menekankan pentingnya penerapan moderasi beragama dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara sebagai modal penting pembangunan bangsa.
Menag mengatakan beberapa negara Islam seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Saudi Arabia saat ini terus mecoba mensinergikan hubungan antara agama dan negara dengan pendekatan yang mutualistik dan moderat. Saudi Arabia saat ini terus membangun hubungan yang harmonis antara nasionalisme dan agama. Identitas kebangsaan diletakkan dalam kotak yang sama dengan identitas agama.
“Di beberapa negara Islam seperti UEA dan Saudi Arabia, moderasi beragama telah diterapkan dengan baik. Kalau kita tidak menerapkan moderasi beragama dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, maka kita akan selalu menghadapi singgungan, perselisihan, dan bahkan konflik. Situasi aman dan damai adalah modal penting pembangunan bangsa,” jelas Menag di hadapan puluhan Diaspora Indonesia yang hadir di Kediaman Dubes RI untuk UEA.
Lebih lanjut, Menag menegaskan bahwa yang dimoderatkan itu bukan agamanya, tetapi pemahaman manusia atas ajaran agama. Fachrul mengingatkan, pemahaman dan pemikiran radikal tidak tergantung pada level pendidikan. Orang dengan pendidikan tinggi juga bisa terjerumus pada pemikiran radikalisme, jika input pemikiran yang diterima salah.
“Pemikiran radikal tidak tergantung level pendidikan. Meskipun berpendidikan tinggi, kalau software pemikiran yang masuk salah ya bisa salah,” jelas Menag.
Salah seorang WNI yang tinggal di Abu Dhabi, Indra, mengapresiasi inisiasi dan komitmen Kementerian Agama dalam melakukan pengarusutamaan moderasi beragama di tanah air. Menurutnya, moderasi beragama penting dilakukan di tanah air. Lebih lanjut, Indra berharap Indonesia dapat mengadaptasi model moderasi beragama ala UEA.
“Di UEA ini agama begitu ditata dengan baik dan tegas. Memang perlu moderasi beragama, saya kira,” jelas Indra.
Pardede, salah satu WNI Diaspora yang beragama Kristen, juga senang dengan gagasan penerapan moderasi beragama di Indonesia. Dia mengaku pernah khawatir tidak dapat menjalankan ajaran agama Kristen yang dia anut di awal kedatangannya di Abu Dhabi beberapa tahun lalu.
“Saya awalnya khawatir datang ke Abu Dhabi karena ini negara Islam. Namun, saya takjub ternyata di UEA ini ada banyak gereja. Yang menarik, menurut Pardede, adalah tanah untuk lokasi gereja bahkan diberikan oleh Pihak Pemerintah UEA,” jelas Pardede.
Menag sependapat bahwa toleransi di UEA cukup baik. Menag menceritakan pengalamannya berkunjung ke dua shopping mall di Abu Dhabi dan melihat terdapat aneka macam atribut natal di mall. Yang menarik lagi adalah, kata Menag, dia melihat ada wanita bercadar membeli atribut natal. Ini saya kira contoh bagaimana umat membangun hubungan kehidupan umat beragama yang toleran dan harmonis.
Menag mengaku banyak belajar dari model manajemen urusan kehidupan beragama di UEA. Menurutnya, UEA merupakan salah satu contoh negara Islam yang berhasil mensinergikan agama dan negara dengan baik. Meskipun demikian, Menag mengakui tidak semua model bisa diadopsi karena perbedaan karakteristik dan budaya masing-masing.
Di akhir pertemuan, Menag kembali menegaskan pentingnya moderasi beragama untuk dapat dilaksanakan dengan baik. Menurutnya, inti dari moderasi beragama adalah toleransi dan tenggang rasa.
“Kita harus toleran kepada pemeluk agama lain untuk beribadah sesuai dengan keyakinan masing-masing. Di sisi lain, bagi penganut agama yang sedang merayakan ibadah juga harus punya sikap tenggang rasa dalam arti tidak boleh berlebihan yang dapat mengganggu ketertiban orang lain. Toleransi dan tenggang rasa merupakan modal sosial dan budaya bangsa kita,” jelas Menag. (kemenag)
The post Menag Kampanyekan Moderasi Beragama kepada Diaspora WNI di Abu Dhabi appeared first on LIPUTAN.CO.ID.