Kota Cirebon – Prestasi kembali ditorehkan oleh UB (21) salah satu mahasiswa jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer (PTIK) IPB Invada Cirebon. Setelah sebelumnya lolos dan terpilih untuk mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) ke Universitas Muhammadiyah Kendari pada tahun 2022 lalu.
Baru-baru ini ia kembali menoreh prestasinya di tingkat Nasional, ia lolos dan akan mengikuti serangkaian kegiatan dari program wirausaha muda yaitu P2MW (Program Pembinaan Mahasiswa Wirausaha).
UB (21) sangat aktif di bidang kesenian terutama tari tradisional dan pada usianya saat ini, ia sudah tersertifikasi dan diperbolehkan untuk mengajar menari serta membuka sanggar sendiri. Ia juga pernah mendapat kesempatan magang di Kantor Cabang Dinas Kehutanan Ancaran, Kuningan, Jawa Barat.
Seperti kata peribahasa dalam Bahasa Inggris, “don’t judge the book by its cover” yang mana maknanya adalah kita jangan menilai sesuatu dari luarnya saja. Ketika melihat orang yang aktif dan berprestasi seperti UB, kita pasti secara spontan berpikir bahwa ia berasal dari lingkungan keluarga cemara, yang mana ia selalu mendapat dukungan yang besar dari lingkungan keluarganya.
Namun nyatanya tidak, tidak semua orang yang sukses dan terlihat bahagia itu selalu memiliki keluarga yang harmonis. Kondisi keluarga tidak harmonis ini biasa disebut broken home.
Menjadi anak broken home itu bukanlah hal yang mudah untuk dilalui setiap orang. Broken home dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun umumnya dikarenakan keluarga yang berantakan akibat pertengkaran ataupun perceraian orang tua dan juga orang tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah.
UB (21) sudah mengalami broken home sejak ia berada pada jenjang sekolah dasar. Kondisi broken home ini sangatlah berpengaruh besar pada mental seorang pelajar, hal inilah yang mengakibatkan banyak pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi.
Broken home juga bisa merusak mental anak sehingga dalam proses pembelajaran di sekolah mereka kerap bersikap seenaknya saja, tidak mau diatur, tidak disiplin, selalu membuat keonaran dan kerusuhan. Hal tersebut dilakukan karena mereka hanya ingin mencari simpati pada lingkungan sekitar mereka. Selain menurunkan motivasi belajar dan merusak mental, tak sedikit yang merasakan tekanan batin bahkan sampai terpikir untuk mengakhiri hidupnya.
UB (21) mengatakan bahwa ia pernah down bahkan sampai terpikir ingin mengakhiri hidupnya, “Pernah. Karena terlalu tertekan dan rasanya down banget sampai-sampai saya ngerasa kayak udah capek banget ngejalanin hidup ini.”ungkapnya
Banyak orang beranggapan bahwa anak-anak yang mengalami broken home itu memiliki masa depan suram. Namun asumsi ini dengan tegas dipatahkan oleh salah satu dosen PTIK IPB Invada Cirebon, Moch. Agri Triansyah, M.Kom.
“Kalau untuk opini seperti itu saya rasa tidak. Kenapa? Karena banyak petinggi-petinggi kita pun, misalnya di pemerintahan ya, banyak yang keluarganya tidak utuh, tapi mereka memiliki mindset bahwa saya harus bisa lebih baik dari orang tua saya,” ujarnya.
Moch. Agri Triansyah, M.Kom. juga menambahkan bahwa kondisi lingkungan sekitar dapat berpengaruh, “lingkungan sekitarnya harus mendukung juga, jadi misalnya lingkungan sekitarnya baik maka itu akan berdampak baik untuk kondisi psikologisnya.”
UB (21) mengakui bahwa ia sudah bisa bangkit dari keterpurukannya dan berpikir lebih optimis. “Saat ini saya sudah bisa berdamai dengan keadaan yang saya alami, saya menjalani kehidupan saya dengan tenang dan lebih baik dari sebelumnya, saya juga mengikuti berbagai kegiatan dari banyak organisasi dan menurut saya itu bisa menghilangkan penat, memicu semangat dan menambah relasi,” ujarnya.
Wakil rektor bidang akademik IPB Invada Cirebon, Metta Mariam, S.Kom, M.Pd. mengatakan, “UB ini anaknya aktif. Terbukti dari kegiatan PMM kemarin itu kan berarti dia berani mencoba hal baru dan luaran nilai akademiknya juga bagus. Jadi istilahnya, secara mental dia tidak terpengaruh background keluarganya yang seperti itu.
“Dilihat dari motivasi, dia sangat termotivasi untuk terus maju dan mencoba hal baru,” ungkapnya
“Ketika kita punya masalah, jangan dihindari. Jadilah diri sendiri dan jangan terpengaruh kata-kata orang lain. Boleh kata-kata orang kita ambil, tapi perlu kita filter lagi, bila itu baik maka jadikanlah itu sebagai motivasi agar kita menjadi lebih baik.” ujar UB (21) mahasiswa PTIK IPB Invada Cirebon.
Sejatinya, orang yang bahagia bukan berarti tidak pernah sedih, orang yang sukses bukan berarti tidak pernah gagal ataupun terpuruk, karena pada dasarnya titik keberhasilan dan bahagia kita itu berasal dari keterpurukan serta kesedihan yang kita alami dan bagaimana cara kita dalam menyikapinya.
Hal yang perlu kita garis bawahi ialah perbedaan antara seorang pemenang dan seorang pecundang. Seorang pemenang adalah orang yang ketika ia jatuh, ia tahu cara untuk bangkit, kuncinya adalah berdamailah dengan diri sendiri, tetap sabar, terus semangat dan jangan pernah menyerah.(JS)
Penulis:
1. Famela Marcha [Mahasiswi IPB Invada Cirebon]
2. Uswatun Hasanah [Mahasiswi IPB Invada Cirebon]
3. Putri Aliyanti [Mahasiswi IPB Invada Cirebon]
4. Nur Sa’adah [Mahasiswi IPB Invada Cirebon]
Dosen Pembimbing: Ms. Utami Rosalina, M.Pd. [Dosen IPB Invada Cirebon]