Laskar Agung Macan Ali Dorong Dialog Damai dalam Polemik Tempat Ibadah Sementara di Pegambiran

Kilas Cirebon78 Dilihat

Kota Cirebon,- Laskar Agung Macan Ali Nuswantara, melalui Panglima Tinggi Prabu Diaz, mengajak semua pihak untuk mengedepankan dialog dan toleransi terkait polemik penggunaan gudang di Jalan Kalijaga RT 01 RW 03, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Cirebon, sebagai tempat ibadah sementara umat Kristiani.

Prabu Diaz menegaskan, kedatangan pihaknya ke lokasi bukan untuk memihak, tetapi memastikan agar situasi tetap kondusif dan terhindar dari potensi konflik sosial. “Kami hadir untuk melihat langsung kondisi di lapangan dan berkoordinasi dengan pihak gereja, agar setiap permasalahan diselesaikan secara musyawarah,” ujarnya, Rabu (30/10/24).

Dia juga menjelaskan bahwa polemik ini muncul meski pihak gereja sudah menjalankan prosedur perizinan sesuai ketentuan Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri. “Kami berharap semua pihak bisa menahan diri dan menyampaikan perbedaan pandangan melalui jalur resmi, tanpa memicu gesekan antarwarga,” tambahnya.

Pentingnya toleransi dan kerukunan menjadi fokus utama Laskar Agung Macan Ali dalam merespons persoalan ini. Prabu Diaz menegaskan bahwa menjaga kebersamaan adalah kewajiban semua warga negara, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan undang-undang.

“Upaya ini juga didukung oleh berbagai organisasi lokal yang peduli terhadap toleransi dan perdamaian. Kami mengimbau agar masalah ini diselesaikan secara baik, melalui dialog tanpa tindakan provokatif,” tegasnya.

Sementara itu, Pendeta Tomas Agus Handoko dari Gereja Mawar Sharon menekankan bahwa pihaknya telah mengikuti semua prosedur izin, termasuk koordinasi dengan warga dan pemerintah setempat. “Kami telah mendapatkan rekomendasi dari kelurahan dan tinggal melanjutkan proses ke FKUB dan Kementerian Agama,” jelasnya.

Pendeta Tomas berharap proses izin dapat berjalan lancar dan situasi di masyarakat tetap aman. “Kami menghormati setiap dialog dan upaya mencari solusi terbaik agar tidak ada pihak yang merasa terganggu,” pungkasnya.

Dengan ajakan dialog dan toleransi ini, diharapkan polemik terkait tempat ibadah sementara tersebut bisa diatasi tanpa menimbulkan konflik, sehingga keharmonisan antarumat beragama di Cirebon tetap terjaga.(JS)