KUNINGAN – Pasca tegang pembubaran Jalsah Salanah Ahmadiyah Desa Manis Lor, Jalaksana, Kabupaten Kuningan, oleh unsur terkait, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kuningan, langsung gerak cepat melakukan langkah konkret yaitu menggelar Sarasehan yang melibatkan berbagai institusi dan unsur masyarakat, termasuk mengundang tokoh Penggerak Toleransi Internasional, di Aula Kantor Kementrian Agama Kuningan, Sabtu (07/09/2024).
Sarasehan yang diisi dengan penjabaran pemikiran dari beberapa para sumber tersebut berlangsung lancar dan terjadi interaksi dua arah yang positif dengan menuangkan pemikiran universal yang mengacu pada UUD 46, Bhinekka Tunggal Ikka dan Pancasila sebagai landasan ideologi negara.
Dalam rangkaian sarasehan tersebut, Prabu Diaz selaku Penggerak toleransi Internasional, yang sengaja diundang oleh Panitia Sarasehan yaitu FKUB Kabupaten Kuningan, dalam paparan nya menjelaskan bahwa menjaga Toleransi, persaudaraan dan kebersamaan dalam perbedaan yang damai, merupakan landasan utama dalam berbangsa dan bernegara dalam bingkai NKRI yang masyarakatnya beragam suku, bahasa, adat tradisi, budaya dan kepercayaan.
” Negara ini akan hancur, akan terjadi perang saudara dan berevek pada kesengsaraan fatal bagi seluruh masyarakat. Apabila kita tidak menjaga Toleransi. Perbedaan itu pasti ada tapi harus disikapi dengan damai bukan dengan radikal dan anarkis, ” Ujar Prabu Diaz yang juga sebagai Sekretaris Jenderal Forum Lingkungan Hidup & Budaya Nuswantara.
Lebih lanjut dikatakan oleh Prabu Diaz, bahwa para Walisongo sejak masuknya Islam ke nusantarabini telah mengajarkan pentingnya saling menghormati perbedaan dan menjunjung tinggi persatuan, dibuktikan dengan masih berdirinya tenpat ibadah umat hindu, buddha, kong hu chu maupun kristiani dan kepercayaan adat lainnya yang ada di sekitar Cirebon. Kemudian saat cirebon menjadi pusat penyebaran ajaran Islam dan menjadi bumi nya para wali, tempat ibadah dan umat non muslim tetap dijaga alias tidak dirusak dan umatnya dipaksa Masuk Islam.
Dalam kesempatan tersebut, Prabu Diaz juga berpesan bahwa semua pihak harus saling menghormati dan menjaga keharmonisan antar umat beragama maupun antar suku / ras dengan adat, tradisi dan budaya nya masing-masing. Kemudian ia juga minta restu kepada seluruh peserta sarasehan, bahwa Prabu Diaz dengan Laskar Agung Macan Ali nya akan kembali menggelar Thudong ( Bhiksu jalan kaki ) dari Bangkok Thailand menuju Candi Agung Borobudur Indonesia dengan melintasi negara Malaysia dan Singapore.
” Labgkah gerak cepat FKUB Kabupaten Kuningan dengan menggelar Sarasehan pasca pekarangan kegiatan ahmadiyah di kecamatan Jalaksana tersebut mendapat apresiasi dan atensi dari Prabu Diaz. ” Langkah FKUB Kab. Kuningan ini perlu menjadi contoh institusi terkait lain nya bukan saja di Kuningan, tapi juga bagi daerah lainnya,” ujar Prabu Diaz.
Seperti yg dikutip dari Inilahkuningan.com ungakapn penjabaran Dialog dengan Moderator DR Iman Subasman MSi ini, berjalan hangat, penuh interaktif. Sangat mencerminkan semangat kolaborasi dalam merawat kerukunan di tengah keberagaman. Apalagi berbagai elemen masyarakat antusias hadir, menunjukkan komitmen bersama dalam membangun suasana harmonis.
Seperti ada perwakilan Formula atau Forum Pemuda Lintas Agama, Jaga Pelita atau Jaringan Perempuan Lintas Agama, kepala desa, camat, KUA, kesra setda, hingga anggota FKUB Kuningan.
Dialog bahkan menghasilkan berbagai usulan aksi nyata. Salah satu ide menarik, lalu disepakati adalah kegiatan informal seperti “ngopi bareng” sebagai sarana mempererat hubungan lintas agama.
Selain itu, muncul pula ajakan untuk duduk bersama menyelesaikan isu-isu sensitif, seperti persoalan Ahmadiyah di Kuningan, dengan semangat kebersamaan dan keterbukaan.
“Sarasehan ini, untuk memperkuat kerukunan umat beragama di Kabupaten Kuningan,” ucap Ketua Panitia, Dr H Muhamad Nurdin, kepada InilahKuningan
Dijelaskan Muhamad Nurdin, bahwa sarasehan adalah langkah konkret dalam membina harmoni antarumat beragama. Ia menegaskan pentingnya dialog dan sinergi dalam menjaga kondusifitas. Hal ini sejalan dengan pernyataan Prabu Diaz, Duta Toleransi Internasional yang juga Panglima Tinggi Laskar Macan Ali, yang menekankan tradisi rukun masyarakat khususnya Jawa Barat harus terus dijaga.
Sarasehan juga, lanjut Muhamad Nurdin, menegaskan kembali bahwa kerukunan adalah pilar penting pembangunan. Melalui langkah-langkah strategis dan pendekatan dialogis, FKUB Kuningan berupaya menjaga suasana kondusif yang mendukung keberlanjutan kehidupan bermasyarakat yang damai dan harmonis.
Selain diikuti banyak komponen masyarakat, sarasehan juga menampilkan beberapa Narsumber kompeten. Ialah Dr HA Fenny Rahman HS MPd, Ketua FKUB Kuningan H Nurohim MSi, Kepala Badan Kesbangpol Kuningan serta H Ahmad Sadudin MPd perwakilan Kemenag Kuningan. ( ist )