Hari Buruh Internasional yang dikenal dengan May Day diperingati setiap 1 Mei.
Peringatan ini merupakan momen menyampaikan aspirasi bagi para serikat pekerja.
Di Inggris, setiap hari Senin di pekan pertama bulan Mei juga diperingati sebagai hari libur bagi perbankan.
Secara kebetulan, dua perayaan ini digelar bersamaan tahun ini dan jatuh pada hari Senin.
Seingga May Day menjadi ajang penyaluran protes kebijakan politik.
Dilansir Huffington Post, Senin (1/5), May Day baru-baru ini dikaitkan dengan Hari Pekerja Internasional juga dikenal sebagai Hari Buruh di beberapa negara lain.
Hari ini menjadi momen perayaan buruh dan kelas pekerja. Dalam beberapa tahun terakhir demonstrasi berskala besar diselenggarakan oleh gerakan anti-kapitalis di kota-kota termasuk London, Glasgow dan Edinburgh.
Di seluruh dunia, demonstrasi juga mewarnai May Day termasuk di Indonesia.
Di Amerika Serikat, ratusan ribu imigran memrotes kebijakan Presiden Donald Trump.
May Day berawal pada tradisi merayakan musim semi. Pertama kali sebagai ajang perayaan Floralia, festival Flora untuk menghormati dewi bunga Romawi.
May Day juga berakar pada perayaan Gaelik Beltane, menandai dimulainya musim panas.
Perayaan May Day sempat dilarang di Inggris setelah eksekusi Charles I pada tanggal 30 Januari 1649.
Namun, keaadan ini kembali pulih setelah restorasi Charles II pada tahun 1660.
Di beberapa desa, May Day dirayakan simbolis oleh anak-anak desa, berdansa mengelilingi tiang.
Simbolisme tradisi ini melambangkan kesuburan. Beberapa perayaan juga sebagai penghormatan kepada Ratu May.
Ditandai seorang gadis muda berpakaian putih dan dimahkotai dengan bunga, seperti Ratu May yang merupakan tokoh dan simbol May Day di Inggris. (fajar)