Setelah menghabiskan hidupnya 17 tahun tanpa penis akibat kesalahan proses sirkumsisi (sunat), seorang pria berkulit hitam di Afrika Selatan akhirnya tercatat sebagai orang ketiga di dunia yang sukses menjalani transplantasi penis.
Uniknya, terdapat perbedaan mencolok antara warna alat vital barunya itu dengan warna kulit sang pasien, karena pendonor itu adalah pria berkulit putih. Untungnya, menurut dokter yang menangani kasus ini, perbedaan warna tersebut dapat diatasi dengan penggunaan tato medis.
Dalam rilisnya, Prof. Andre Van der Merwe yang mengepalai operasi gabungan antara Stellenbosch University dan Tygerberg Academic Hospital itu menyatakan bahwa operasi yang berlangsung selama 10 jam itu berakhir dengan kesuksesan.
“Dia adalah pasien yang paling bahagia yang pernah kami lihat. Tidak ada tanda (tubuhnya) menolak (penis baru) itu dan jaringan yang tersambung terlihat mulai membaik,” kata Van Der Merwe.
Dengan penis barunya ini, sang pasien dikatakan akan mendapatkan kembali fungsi urinasi dan reproduktifnya dalam kurun 6 bulan ke depan.
Meski sang pasien akan tergantung pada penggunaan obat immunosuppresive ke depannya, operasi itu sendiri dianggap sebagai kesuksesan besar dalam dunia kedokteran.
Ke depannya, Van Der Merwe berharap agar prosedur ini dapat juga diimplementasikan pada pria yang kehilangan alat vitalnya akibat kanker.(ruf)