CEO Disney Bob Iger sedang memutar otak. Dia jelas tak ingin film-film andalannya di musim panas beredar sebelum jadwal tayang. Namun, dia juga ogah membayar sejumlah uang untuk mencegah hal itu terjadi.
Nasib itulah yang tengah menanti calon blockbuster terbaru Disney, Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales (Salazar’s Revenge). Installment kelima dari seri bajak laut sukses itu, rupanya, menjadi korban pembajakan.
Para pembajak mengancam mengedarkan film tersebut di The Pirate Bay, kecuali jika Disney membayar tebusan dalam jumlah besar berbentuk bitcoin.
Iger tidak menyebutkan judul film yang dibajak. Dalam pertemuan dengan ABC, stasiun televisi milik Disney, di New York pada Senin malam (kemarin WIB, Red), dia hanya mengonfirmasi ada film yang dibajak.
’’Peretas itu bakal merilis film bagian per bagian jika Disney tidak memenuhi tuntutan tebusan,’’ papar seorang pegawai ABC sebagaimana dikutip Deadline.
Mengutip petunjuk yang diberikan para hacker, film yang ditarget adalah proyek-proyek terbaru Disney yang siap rilis. Yang terdekat memang Pirates of the Caribbean 5.
Namun, masih ada beberapa film calon pemuncak box office lain seperti Cars 3, Coco, serta Star Wars: The Last Jedi. The Hollywood Reporter menulis, baru Pirates yang telah dikonfirmasi bakal bocor. Film yang dibintangi Johnny Depp dan Javier Bardem itu dijadwalkan tayang pekan depan.
Rumah produksi yang merupakan induk Marvel Studios dan Lucasfilm itu telah bergerak cepat. Bukannya membayar tebusan, mereka langsung menggandeng FBI untuk menemukan pelaku peretasan.
Namun, tidak berarti Disney bakal mengantongi nama pembajak tersebut dalam waktu cepat. Direktur Asesmen Keamanan Rhino Security Labs Hector Monsegur menegaskan, tugas terberat FBI adalah melacak pelaku utama.
’’FBI harus melacak mundur banyak serangan. Tugas ini susah, mengingat hackers kini hampir ada di mana-mana dan sangat memahami sistem kerja FBI,’’ papar Monsegur.
Pria yang juga merupakan mantan peretas itu menjelaskan, hackers umumnya menyerang rekanan studio besar yang punya sistem keamanan lebih lemah.
’’Disney dan Netflix pasti punya tim keamanan yang bagus banget. Namun, ada vendor atau rumah produksi kecil yang mungkin tidak punya bujet cukup untuk keamanan data,’’ ucap Monsegur.
Celah itu dimanfaatkan peretas untuk mengunduh dan menyebarkan film secara ilegal. Namun, mantan informan FBI tersebut menjelaskan, pembajakan kini sebenarnya lebih sulit ketimbang beberapa tahun lalu.
’’Banyak studio dan perusahaan besar yang membayar lebih untuk mengamankan alamat IP-nya, mengingat makin canggihnya ransomware yang digunakan peretas,’’ imbuh Monsegur.
Disney bukan satu-satunya studio yang menjadi korban peretasan. Sebab, tim peretas yang sama, kabarnya, juga mengincar talent management besar.
Di antaranya, UTA, ICM, dan WME. Bahkan, awal bulan ini, 10 episode dari season kelima Orange Is the New Black yang disiarkan Netflix sudah beredar di The Pirate Bay. Padahal, musim baru tersebut dijadwalkan rilis pada 9 Juni mendatang.
Para hacker, rupanya, mencuri materi serial dari Larson Studio, pihak ketiga yang diminta Netflix menangani pascaproduksi. Menurut klaim peretas, Netflix bisa kehilangan sangat banyak uang jika season kelima serial populer tersebut bocor sebelum tayang.
’’Kami telah melibatkan penegak hukum untuk menangani masalah ini,’’ kata perwakilan Netflix kepada Fortune.
Salah satu episode yang dibajak itu benar-benar diunggah ke Pirate Bay pada 29 April lalu. Pihak Netflix belum memberikan komentar lanjutan. Termasuk apakah mereka benar-benar menderita kerugian sebesar yang diperkirakan si pembajak. (fjr)